Techverse.asia - Desa Penglipuran yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali merupakan salah satu desa terbersih di dunia. Karena tidak ada sampah, Desa Penglipuran mendapat penghargan Kalpataru pada 2017 lalu. Bahkan desa ini masuk dalam Top 100 Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Ada sekitar 240 kepala keluarga (KK) di Desa Penglipuran. Kemudian, terpilih 78 orang menjadi dewan desa.
Baca Juga: Lima Spot Wisata di Nusa Penida Bali yang Instagramable, Wajib ke Kelingking Beach
Waktu yang ditempuh jika menggunakan sepeda motor dari Kuta menuju ke Desa Penglipuran kurang lebih 1 jam 43 menit. Jaraknya sejauh 54 kilometer, untuk bisa sampai ke sana wisatawan bisa lewat arah Ubud.
Terkait harga tiketnya masuk, bagi wisatawan lokal Rp25.000 per orang. Sementara untuk wisatawan asing seharga Rp50.000. Setelah tiba, wisatawan akan merasakan kesejukan udara desa yang minim polusi ditambah dengan aneka tanaman yang berwarna-warni.
Tri Hita Karana
Daya tarik desa wisata tersebut karena masyarakatnya masih mempertahankan adat istiadat Bali dalam kesehariannya. Arsitektur bangunannya pun bersumber pada konsep Tri Hita Kirana.
Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”. Yang artinya hubungan dengan Tuhan, manusia, serta lingkungan.
Posisi bangunan utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai ke hilir. Pintu gerbang khas Bali atau angkul-angkul menjadi akses menuju rumah penduduk di setiap pekarang serta terlihat seragam. Pintu rumah tersebut saling berhadapan dan dipisahkan jalan utama desa.
Asal Usul
Nama Penglipuran sendiri berasal dari akronim kata “pengeling” dan “pura” yang artinya adalah mengingat tempat suci para leluhur. Awal mulanya, penduduk desa ini berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.
Mereka kemudian memutuskan untuk bermigrasi secara permanen ke lokasi yang kini dinamakan Penglipuran ini. Semenjak itulah mereka menciprakan sebuah desa adat yang masih kental dengan hal-hal tradisional Bali.
Tata Ruang
Penataan ruang di desa tersebut juga mempunyai makna filosofi Tri Mandala. Istilah tersebut merujuk pada pembagian desa menjadi tiga wilayah yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.
Baca Juga: Wajib Coba Enam Makanan Ini Ketika Datang ke Yogyakarta
Village Festival
Desa Penglipuran juga punya festival desa (village festival), sebuah rangkaian acara yang beragam. Acaranya seperti barong ngelawang, parade pakaian adat Bali, lomba-lomba, dan parade seni budaya.
Kuliner
Makanan khas yang ada di desa ini adalah tipat cantok serta loloh cemcem. Tipat Cantok merupakan sejenis kudapan yang terdiri dari ketupat dan sayuran rebus. Tipat cantok kemudian disajikan dengan dengan siraman bumbu kacang, hampir mirip dengan gado-gado.
Sementara loloh cemcem adalah sebuah minuman khas yang terbuat dari daun cemcem yang sangat bermanfaat untuk melancarkan pencernaan. Keduanya pas untuk dicicipi bersamaan.
Kondisi Geografis
Luas Desa Penglipuran kurang lebih 12 hektare. Batas wilayah Desa Penglipuran di sebelah timur desa adat Kubu, di sebelah selatan Desa Adat Gunaksa, di sebelah Desa Adat Cekeng, dan di sebelah utara Desa Adat Kayang.
Desa Penglipuran terletak pada ketinggian 500-625 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara cukup rendah, yaitu 18 derajat Celcius - 32 derajat Celcius.
Ritual Keagamaan
Pada dasarnya, Desa Penglipuran juga menggelar ritual keagamaan secara rutin yang masih terus dilakukan sampai saat ini. Salah satunya yakni Ngusaba, sebuah ritual guna menyambut Hari Raya Nyepi.
Warga sekitar pun akan datang ke Pura Penataran setiap 15 hari sekali untuk beribadah. Semua ritual tersebut terus dijalankan karena sudah diajarkan oleh para tetua adat serta merupakan ajaran warisan leluhur mereka.
Larangan Poligami
Di desa ini secara tegas melarang perkawinan poligami, tingkat kasta hanya untuk kasta Sudra.