Ke Yogyakarta Wisata Kedai Kopi, Kenapa Tidak? Coba Mampir Ke Cupable Coffee

Salah satu menu hidangan kopi di Cupable Coffee (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Minum kopi sudah menjadi bagian dari tren dan gaya hidup masa kini.

Minum kopi bukan lagi monopoli coffeeholic dan pelaku industrinya, melainkan juga setiap orang yang meminatinya. Bahkan, kopi sudah bermetamorfosis sebagai media pergaulan di tengah kita.

Bersamaan dengan itu, jamak orang mulai mempelajari seluk-beluk kopi. Mulai dari varietasnya, jenis-jenis olahan dan teknis pengolahan kopi. Baik itu tahapan ketika kopi masih berupa biji merah sampai menjadi bubuk, ataupun proses seduh bubuk kopi menjadi minuman yang bisa dinikmati oleh lidah. 

Dari waktu ke waktu, kafe tumbuh menjamur di Indonesia, tak terkecuali di Yogyakarta. Bukan mustahil kalau tak lama lagi predikat Yogyakarta bertambah satu, yaitu Kota Seribu Kedai Kopi. Dengan in, maka Yogyakarta sudah layak menjadi destinasi wisata kopi.

Komunitas Kopi Nusantara mencatat, sebelum pandemi Covid-19 jumlah kedai dan warung kopi di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai lebih dari 1.700 kedai kopi. Selama pandemi, jumlahnya justru meningkat hingga 3.000 lebih kedai dan warung kopi. Jumlah ini belum termasuk sekitar 3.000 warung angkringan yang juga menjual kopi.

Marka yang membantu pengunjung difabel di Cupable Coffee (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Baca Juga: 6 Negara dengan Pasar Kopi Terbesar di Asia Tenggara, Bisa Tebak Indonesia Nomor Berapa?

Dan salah satu kafe yang berada di dalam data itu, sebut saja Cupable Coffee; sebuah kedai kopi kecil minimalis, di tepian Jalan Kaliurang Km.12, Kabupaten Sleman. Berada tepat di depan Pusat Rehabilitasi Yakkum.

Pengunjung yang datang ke sini akan takjub dengan layout kafe yang sangat bersahabat dengan penyandang disabilitas. Baik itu yang menggunakan kursi roda, sampai tuna netra dan buta.

Bahkan, kursi yang tersedia di kafe ini sudah dalam kondisi dibaut kuat dengan lantai. Tentu tujuannya agar kursi tidak bergeser kala penyandang disabilitas akan mendudukinya. Pasalnya, mereka tentu membutuhkan pegangan yang kokoh sebelum berpindah tempat.

Seperti umumnya kedai kopi, Cupable Coffee tentu memiliki barista terampil dalam menyeduh kopi. Dan dari meja barista inilah, hadir kopi nikmat untuk pelanggan.

Eko Sugeng sedang meracik kopi buatannya, di Cupable Coffee (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Di Cupable Coffee Yakkum, Eko Sugeng menjadi satu di antara sejumlah barista lain, yang mampu meracik kopi nikmat bagi pelanggan, meski tak memiliki lengan. Tidak percaya?

Anda tidak akan percaya bahwa lelaki asal Pekalongan, Jawa Tengah itu mampu meracik kopi, bila belum bertemu langsung dengannya. Eko dapat membuat formula kopi enak menggunakan sikunya.

Eko mengaku, di awal, ia merasa kesulitan, namun perlahan ia dapat beradaptasi. Termasuk bagaimana caranya memegang gelas dan alat teko yang panas.

"Kami dan teman-teman di sini mencari solusi bersama-sama untuk melakukannya, sehingga kendala kami bekerja dapat teratasi," ujarnya, akhir pekan kemarin. 

Di tengah aktivitasnya sedang meracik kopi, ingatan Eko mlayang ke masa lalu, ketika ia menjadi pelanggan Cupable Coffee. Ia memperhatikan bahwa ternyata Cupable Coffee bukan hanya menyediakan kopi nikmat, melainkan juga pelatihan bekerja bagi penyandang disabilitas. Termasuk juga pelatihan meracik kopi.

Ia tertarik dan ingin belajar menyeduh kopi. Karena menjadi seorang penyandang disabilitas, bukan berarti takut mencoba hal baru. 

Baca Juga: Cuaca Terik Begini Kurangi Minum Kopi, Berikut Penjelasan Pakar

"Saya ingin bisa meracik kopi. Dari situ saya coba tekuni," terangnya.

Kemudian, pada 2017, ia mengikuti pelatihan membuat kopi. Eko yang kehilangan tangannya akibat kecelakaan itu, secara rutin mengasah keterampilannya. Berjalan waktu, ia ditunjuk menjadi barista Cupable Coffee.

"Saya bersyukur sekarang bisa menyeduh kopi di sini. Saya ingin tetap maju dan mengembangkan diri," ungkap lelaki 37 tahun itu.

Suasana ruangan berpendingin udara di Cupable Coffee (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Eko mengungkap, biasanya ia bekerja dengan ditemani oleh seorang rekannya. Ia dan rekannya itu bersama-sama mempersiapkan kedai sebelum buka, pukul 09.00 WIB dan menerima pengunjung hingga pukul 21.00 WIB.

Selain menyeduh kopi, Eko juga bertugas menata dan membersihkan peralatan termasuk meja-kursi. Mereka juga mengecek mesin espresso dan mengatur kalibrasi grinder.

Menjadi alumni pelatihan barista batch pertama di Yakkum, Eko bisa meracik 30-35 gelas kopi sehari. Namun jumlah kopi yang ia seduh bisa lebih dari itu, bila kafe dalam kondisi ramai.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Usaha Warung Kopi Begitu Banyak dan Terus Bertambah

Direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta, Katarina Sari mengatakan, pelatihan Barista Inklusif sudah dilakukan sejak 2017.

Ide awal Yakkum memunculkan pelatihan barista dan seluk-beluk lain dari kopi, ketika kedai kopi sudah sangat menjamur di Yogyakarta. Itu ditangkap oleh peluang bagi teman difabel.

Pelatihan Barista Inklusif mendapat dukungan dari banyak pihak, dan bertujuan untuk meningkatkan inklusi sosial, bagi enam kelompok paling terpinggirkan di Indonesia. Utamanya karena mereka kurang mendapatkan akses terhadap layanan pemerintah dan program perlindungan sosial.

Baca Juga: Tidak Ada Kopi Indonesia Yang Enak! Ini Penjelasannya

Hingga saat ini, sudah ada 8 angkatan disabilitas yang telah dilatih menjadi barista.

Program pelatihan bukan hanya meracik dan menyajikan kopi, melainkan juga mengenal ragam jenis kopi dan proses pengemasan produk. Bahkan, sudah ada penyandang disabilitas jebolan pelatihan Yakkum, menjadi penyedia kopi untuk kafe.

Untuk kamu yang berminat wisata ke Kabupaten Sleman, bisa mampir ke Cupable Coffee, siapa tahu beruntung bertemu tokoh inspiratif seperti Eko Sugeng ini.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI