Museum Batik Pekalongan, Kenalkan Batik di Gedung yang Estetik

Contoh batik yang dipajang di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Ke mana kamu menghabiskan libur panjang kali ini? Apakah sudah ke Yogyakarta? Surabaya? Bandung? atau ke luar negeri?

Kalau kamu masih belum sempat liburan, atau sudah mulai merencanakan liburan berikutnya, maka sesekali kamu perlu melirik Pekalongan, sebuah daerah di Jawa Tengah.

Masih berada di kawasan pantai utara (pantura), Pekalongan menawarkan bentang alam yang cantik, pantai, dan kesejukan pegunungan. Tetapi, kalau kamu ingin sekadar city tour, maka kamu bisa mengunjungi pantai, wisata kuliner, atau ke museum.

Salah satu museum yang bisa kami rekomendasikan untuk dikunjungi adalah Museum Batik Pekalongan; mengingat, Pekalongan terkenal dengan julukan Kota Batik.

Museum Batik Pekalongan berada di tengah Kota Pekalongan, begitu dekat dengan alun-alunnya.

Baca Juga: Tak Semua Koleksi Museum Bisa dengan Mudah Dilihat Pengunjung, Universitas Glasgow Kembangkan Proyek Museum Metaverse

Pintu depan Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Museum Batik Pekalongan berdiri di kompleks Taman Hiburan Rakyat, pada 1972. Bangunan museum dulunya berukuran kecil, dengan sarana dan prasarana yang minim. Nasib Museum Batik Pekalongan tak juga membaik di era 1990-an, karena aktivitasnya justru mati suri, meski ia sudah menyatu di bawah kelola Kantor Pariwisata daerah setempat.

Baru kemudian pada 2006, atas inisiatif pemerintah bersama masyarakat, komunitas dan lembaga terkait, Museum Batik Pekalongan yang lebih baik berdiri menempati gedung bangunan yang sekarang dapat kamu datangi.

Berdasarkan catatan, gedung museum awalnya difungsikan sebagai kantor administrasi keuangan pabrik gula se-wilayah Pekalongan, kemudian dalam perkembangannya menjadi kantor Balai Kota Pekalongan dan menjadi kantor pemerintahan.

Pengunjung di Museum Batik Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Baca Juga: POCO F6 dan F6 Pro Rilis Global, Cek Spek dan Harganya

Baca Juga: Seseruan di Momen Liburan dengan Speaker Portabel JBL dan PartyBox Terbaru

Begitu masuk, kita akan disambut dengan ramah oleh petugas, dan disarankan untuk membeli tiket masuk. Selanjutnya, kita akan diarahkan menuju ruang pamer, sebelumnya mereka akan menjelaskan jumlah ruang pamer yang ada di museum.

Jika tertarik memasuki satu demi satu ruang pamer, maka kita bisa menemukan banyak koleksi yang disimpan dan dipamerkan. Mulai dari batik, alat pembuat batik, pewarna, foto-foto dokumentasi proses pembuatan batik di masa lampau, sampai foto para saudagar batik Pekalongan tempo dulu.

Pajangan foto pengusaha batik Pekalongan masa lampau, di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Jangan khawatir bingung dengan koleksi-koleksi yang ada, jika kamu tidak mendapat giliran pendampingan dari tim museum. Kamu tetap bisa memahami makna koleksi yang ada, karena tertera keterangan melengkapi tiap pajangan.

Dimulai dari Ruang Pamer I, ruangan dengan pintu kayu tersebut memajang koleksi batik dengan motif pakem khas Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Koleksi mereka dibagi menjadi tiga jenis batik, yaitu batik saudagaran, batik keseharian, dan batik awisan atau larangan.

Baca Juga: Alasan Kamu Perlu Coba Tonton Salah Satu Film Horor yang Sedang Naik Layar

Batik saudagaran adalah batik yang motif khasnya muncul pada abad XIX atau sekitar tahun 1850-an. Motif-motif tersebut dibuat oleh para pengusaha (saudagar) batik. Mengambil inspirasi dari pola batik tradisional batik keraton, para pembatik memodifikasi, memberi variasi, pewarnaan, mengombinasikan antarmotif.

Di masa ini juga dimulainya era batik cap, ide awalnya, para pengusaha ingin menghadirkan batik berwajah indah namun harga lebih terjangkau.

Contoh batik yang dipajang di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Berikutnya, batik keseharian merupakan batik yang sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari warga, tiap motif yang ada menjadi simbol doa dan harapan. Pada pelaksanaan ritual acara yang berkaitan dengan daur hidup, kain batik yang digunakan juga memiliki motif tertentu.

Baca Juga: Kisah Kepahlawanan Jenderal Sudirman Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul, Museum Ini Saksinya

Sementara itu, koleksi batik awisan/larangan mengingatkan kita bahwa pada masa lalu, di Jawa, keraton adalah pusat budaya, terutama Keraton Mataram (Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta). Kedua kerajaan besar tersebut mempunyai andil besar dan sangat memengaruhi perkembangan batik dan pembatikan di masyarakat.

Batik awisan adalah jenis batik yang sarat dengan aturan penggunaan dan nilai sakral. Pembuatan batik bagi lingkungan keraton adalah aktivitas bersifat spiritual.

Selain menunjukkan doa, harapan dan status sosial di kemasyarakatan, motif batik larangan dipercaya mampu menciptakan suasana religius dan aura magis, sesuai makna yang dikandung dalam tiap motifnya.

Contoh batik yang dipajang di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Baca Juga: 3 Tips untuk Orang Tua, Ketika Anak-Anak Mulai Kenal Chatbot

Batik yang dibuat dengan motif yang sudah berbaur dengan value budaya pendatang, dipajang di museum ini, tepatnya di Ruang Pamer II. Batik dengan pengaruh Jawa Barat, Belanda, Tionghoa, bahkan Madura ada di ruangan ini. Wajah batik di ruang ini membawa warna yang mengingatkan kita dengan Batik Lasem dan Batik Madura, cerah, manis, penuh bunga dan burung.

Koleksi batik yang ada di Museum Batik Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Lalu, di Ruang Pamer III bukan hanya terdapat batik yang dibuat dengan cara tulis dan mencolet, melainkan juga cap, bakaran, lukis, gentongan, sampai batik yang telah dikombinasikan dengan kain tenun.

Mengenal alat-alat pembuatan batik di sini juga bisa memberikan kesan tersendiri, karena kamu akan melihat langsung wadah raksasa tempat pembatik merebus kainnya.

Alat cap batik yang dipajang di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Keterangan pihak museum, koleksi batik di Museum Batik Pekalongan ada 150 helai tiap sekali pajang. Meski demikian, batik yang dipajang akan berganti tiap satu tahun sekali. Total, Museum Batik Pekalongan memiliki 1.200 koleksi batik.

Gedung Museum Batik ditata dengan pencahayaan yang hangat di mata, namun tetap bisa menampilkan motif dan warna kain batik dengan jelas, serta diperkirakan presisi dengan warna asli.

Baca Juga: Selalu Ada Sesuatu di Yogyakarta, Salah Satunya Sate Kere

Baca Juga: Museum Benteng Vredeberg Direvitalisasi, Buka Pertengahan 2024

Beralih ke bagian luar gedung, area taman kecil museum nampak bagaikan rumah seorang saudagar tempo dulu.

Air mancur kecil dengan taman yang hijau, sejumlah kursi yang diletakkan tepat di bawah pepohonan rindang, menemani kamu rehat sejenak setelah menyimak beragam kain batik.

Suasana halaman bangunan Museum Batik, Pekalongan(Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Jika penasaran ingin merasakan membuat batik, kamu bisa mampir ke ruang workshop untuk mencoba membuat batik, baik itu batik tulis dan batik cap.

Tanda petunjuk ke ruang Workshop membuat batik, di Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)

Baca Juga: Sam Altman Kembali Beri Bocoran Tentang GPT-5

Baca Juga: Sharp AQUOS R9, Ponsel dengan Spesifikasi Standar Militer AS dan Kamera Yahud dari Leica

Tak ingin pulang dengan tangan kosong? sambangi kios oleh-oleh mungil di sebelah ruang workshop. Kamu bisa memilih kain, tas, dan benda mungil lainnya yang tentunya bermotif batik untuk dibawa jadi cenderamata.

Suasana di koridor Museum Batik, Pekalongan (Sumber: Techverse.Asia | Foto: Uli Febriarni)
Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI