Sedang Diet? Berhenti Menghitung Kalori

Aktivitas makan (Sumber: Pexels)

Tidak sedikit orang berlomba-lomba tampil kurus di masa kini. Entah itu terinspirasi oleh tubuh selebritas, bosan terlihat gemuk, rasa sakit hati karena menjadi korban body shaming, atau merasa tidak lagi lincah beraktivitas.

Mereka kemudian menelan mentah-mentah tips diet yang umum didengar perihal defisit kalori. Yang kemudian membuat mereka selalu menghitung kalori dengan cermat ketika akan makan, mengudap camilan, bahkan di momen cheating diet.

Padahal, menghitung kalori bukanlah sesuatu yang simpel, dan langkah itu mungkin berguna untuk beberapa orang, tetapi tidak untuk yang lain.

Yang sering terjadi ketika menghitung kalori adalah, pelaku diet hanya terpaku pada angka kalori serendah mungkin, bukan mempertimbangkan pentingnya vitamin, mineral, serat, dan nutrisi lainnya.

Padahal, yang perlu dipahami adalah 'rendah kalori tidak berarti sehat,' demikian pula 'tinggi kalori' tidak berarti tidak sehat.

Baca Juga: Harga dan Spesifikasi Citroen C5 Aircross, Cuma Ada 1 Varian

Menghitung kalori, perlahan-lahan justru berdampak buruk kepada mental.

Pasalnya, akan ada masa-masa kita sedang menerima undangan makan malam, berada dalam acara syukuran teman, atau menerima traktiran dengan menu yang sudah tersedia. Yang mana dalam kondisi itu, kita belum tentu bisa menemukan jumlah kalori makan tersebut. Sampai kapan kita makan dengan perasaan tertekan dan penuh kecemasan?

buah dan sayur (sumber: freepik)

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Universitas Harvard menuliskan, kebanyakan orang diajarkan bahwa menurunkan berat badan adalah soal matematika sederhana.

Kurangi kalori — khususnya 3.500 kalori, dan Anda akan kehilangan satu pon. Namun ternyata, para ahli belajar bahwa strategi yang sudah ada sejak puluhan tahun ini sebenarnya cukup keliru.

Spesialis Obesitas dan Asisten Profesor Kedokteran dan Pediatri Harvard Medical School, dr.Fatima Cody Stanford, kemudian mengatakan,

"Gagasan 'satu kalori masuk dan satu kalori keluar' dalam upaya menurunkan berat badan tidak hanya kuno, tetapi juga salah," kata dia, dikutip Jumat (5/7/2024).

Stanford kemudian melanjutkan, faktanya, perhitungan kalori yang cermat pun tidak selalu menghasilkan hasil yang seragam.

Cara tubuh membakar kalori bergantung pada sejumlah faktor, termasuk jenis makanan yang dikonsumsi, metabolisme tubuh, dan bahkan jenis organisme yang hidup di usus.

"Anda dapat mengonsumsi kalori dalam jumlah yang sama persis dengan orang lain, tetapi hasilnya sangat berbeda dalam hal berat badan," ungkapnya.

"Singkirkan anggapan tentang kalori," tegas Stanford.

Menurut dia, sudah saatnya mengambil pendekatan yang berbeda, yakni dengan menitikberatkan pada peningkatan kualitas diet, dan melakukan perbaikan gaya hidup berkelanjutan untuk mencapai berat badan yang sehat.

Baca Juga: BMW i5 Hadir dalam Varian Full Listrik, Ramah Lingkungan dan Dinamis

Baca Juga: Cheating Day Tiba, Boleh Skip Olahraga Loh

Makan tanpa menghitung kalori (Pexels)

Stanford memaparkan, ada tiga faktor utama memengaruhi bagaimana tubuh kita memproses kalori.

  1. Mikrobioma usus

Para peneliti telah menemukan, orang yang secara alami kurus memiliki berbagai jenis organisme yang hidup di dalamnya, dibandingkan dengan mereka yang kelebihan berat badan.

  1. Metabolisme

Setiap tubuh memiliki 'titik tetap' yang mengatur berat badan. Titik tetap ini mencerminkan beberapa faktor, termasuk gen, lingkungan, dan perilaku kita.

Sementara itu, hipotalamus, suatu wilayah di dasar otak yang juga mengatur hal-hal seperti suhu tubuh, bertugas menjaga berat badan agar tidak turun di bawah titik tetap tersebut—yang sebenarnya bukan bonus jika kita sedang berusaha menurunkan berat badan.

"Inilah sebabnya mengapa berat badan Anda mungkin tidak kunjung turun, meskipun Anda rajin berdiet dan berolahraga. Dan juga mengapa mayoritas — 96 persen — orang yang kehilangan banyak berat badan justru kembali naik," tutur Stanford.

  1. Jenis makanan yang kita makan

Satu studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Cell Metabolism menemukan bahwa mengonsumsi makanan olahan tampaknya memacu orang untuk mengonsumsi lebih banyak kalori dibandingkan dengan mengonsumsi makanan yang tidak diolah.

(ilustrasi) menu diet (sumber: Pexels)

Lantas, jika menghitung kalori bukanlah cara yang dapat diandalkan untuk mengelola berat badan, apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi berat badan? Nah, Stanford merekomendasikan 5 tips diet berikut:

Fokus pada kualitas makanan

Cobalah untuk mengurangi atau menghilangkan makanan olahan, yang dapat mendorong tubuh untuk mengonsumsi lebih banyak.

"Fokuslah pada pemilihan makanan yang tidak diolah, termasuk daging tanpa lemak, biji-bijian utuh, dan banyak buah-buahan dan sayuran dalam bentuk alami," ucapnya.

Tidur dengan nyenyak

Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan penambahan berat badan, begitu pula jadwal tidur yang tidak selaras dengan pola harian alami tubuh (ritme sirkadian).

Tubuh akan terganggu ketika kita mengganggu ritme alaminya. Hal yang sama berlaku jika kita mendapatkan tidur yang berkualitas buruk atau tidak cukup.

"Kurang tidur memengaruhi berat badan Anda dengan cara yang sama seperti perubahan hormon, membuat Anda ingin makan lebih banyak," imbuhnya

Periksa obat-obatan yang sedang dikonsumsi

Terkadang obat-obatan menyebabkan kenaikan berat badan.

Jika memang perlu, minta kepada dokter untuk memberikan resep baru, yang memiliki manfaat sama namun tak membuat beran badan bertambah.

Kurangi stres

Mengendalikan stres dapat membantu kita menjaga berat badan tetap ideal.

Konsultasikan dengan profesional

Jika menurunkan badan dengan cara sendiri terasa menyulitkan, tidak ada salahnya menemui profesional, memeriksakan kondisi tubuh dan meminta saran diet dari mereka.

"Banyak orang percaya bahwa mereka gagal menurunkan berat badan karena tidak mampu menurunkannya. Namun, itu tidak benar. Seperti halnya kondisi medis lainnya, banyak orang akan membutuhkan bantuan dari dokter," tegas Stanford.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI